Beranda | Artikel
WHO adalah antek yahudi dan Barat melalui vaksin? (Konspirasi kah?)
Kamis, 14 Mei 2015

WHO ternyata berusaha melakukan negosiasi dengan Vatikan untuk membantu meluruskan persepsi yang salah tentang vaksin kepada masyarakat beragama katolik

Kemudian dijelaskan juga bahwa Yahudi ortodhoks juga sempat menolak vaksin padahal terjadi wabah campak pada komunitas mereka.

“Religious groups are trusted social networks through which perceptions can spread and be mutually supported by like-minded people. Last year there was a measles outbreak in the Orthodox Jewish community in Brooklyn, New York, where cases were traced to the Orthodox Jewish community in north London.”

“Suatu kelompok agama dipercaya oleh komunitas sosial dengan persepsi yang dapat menyebar dan didukung sejumlah pemikiran dalam masyarakat. Tahun lalu terjadi wabah campak di komunitas Yahudi Ortodoks di Brooklyn, New York, di mana kasus tersebut ditelusuri sampai ke komunitas Yahudi Ortodoks di London utara.”

jadi hampir sama pada agama lainnya, penolakan vaksin juga terjadi dengan “MEMBAWA-BAWA NAMA AGAMA”.

Berikut kami nukil langsung dari web resmi WHO

http://www.who.int/bulletin/volumes/92/2/14-030214/en/

Dari situs resmi WHO, ada wawancara dengan seorang antropologis. Ia berusaha memberikan penyuluhan kepada publik agar tidak termakan isu tidak benar mengenai vaksinasi baik di kalangan Kristen maupun Yahudi yang menentangnya. Jadi bukan sebagian orang Islam saja yang menentang vaksinasi dan imunisasi.

Kami nukil beberapa isi wawancara yang kemudian dipublikasikan dengan judul:
“Underlying issues are key to dispelling vaccine doubts”
Dijelaskan dalam wawancara tersebut:
“WHO officials even held a meeting at the Vatican to set the record straight and engage leaders of the Catholic Church to help dispel the rumours. Similar approaches were taken to resolve the polio vaccination boycott in Nigeria when meetings were convened between WHO officials and the Organization of Islamic States”

“Para pejabat WHO bahkan mengadakan pertemuan di Vatikan untuk meluruskan (hal-hal negatif dan tidak benar mengenai vaksin) dan melibatkan para pemimpin dari gereja Katolik untuk membantu menghilangkan pemberitaan negatif tersebut. Pendekatan serupa juga diambil untuk menyelesaikan boikot vaksinasi polio di Nigeria ketika dilakukan perundingan antara pejabat WHO dan Organisasi Negara-Negara Islam

Dijelaskan juga bahwa ada tiga alasan yang menyebabkan mereka biasanya menentang vaksin.
“There are three main groups. First, the individual reasons related to personal belief systems or community-level belief systems. These may include everything from religious to philosophical notions, and are held primarily by people who reject artificial means of triggering an immune response or believe in alternative forms of medicine, such as homeopathy. Second, there are contextual factors, such as wars, conflicts and other external circumstances that make vaccine refusal more likely. Third, there are vaccine-specific issues, for example public concerns over an adverse event or a piece of research – sometimes faulty research, such as on the measles, mumps and rubella (MMR) vaccine by Andrew Wakefield in the United Kingdom – or over research that has been misunderstood.”

Ada tiga penyebab utama:
Pertama: alasan individu yang terkait dengan kepercayaan (agama) pribadi atau sistem kepercayaan di masyarakat. Termasuk  keyakinan yang berasal dari kepercayaan agama dan filosofis. Dilakukan terutama oleh orang-orang yang menolak prinsip cara yang memicu respon imun atau orang-orang yang percaya pada pengobatan alternatifmisalnya pengobatan dengan homeopati (semacam kembali ke alam dan pengobatan mengandalkan sistem keseimbangan).

Kedua: adanya  faktor-faktor kontekstual, seperti perang, konflik dan kondisi eksternal lainnya yang kondisi ini menyebabkan vaksin ditolak.

Ketiga: ada masalah-vaksin tertentu, misalnya kekhawatiran publik atas peristiwa yang merugikan atau sepotong penelitian – penelitian yang tidak benar. Seperti penelitian pada Vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) yang dilakukan oleh Andrew Wakefield di Inggris.

Salam
dr. Raehanul Bahraen
(pengasuh muslimafiyah.com)

NOTE:
-mohon maaf, berdasarkan pengalaman, saya tidak melayani debat kusir, karena saya menggunakan prinsip dakwah: diterima alhamdulillah, ditolak jangan dimusuhi tetapi didoakan karena masih saudara se-Islam, kami hanya menyampaikan

-jika diskusi bertukar pikiran dalam rangka mencari kebenaran maka saya menerima tetapi mohon TIDAK di komentar, silahkan Inbox/japri atau email
karena:
1. Bisa membuat orang awam bingung
2. Kemudian jika ada salah satu yang sebenarnya dalam hati mengaku “kalah” tetapi “gengsi” kalah dan “gengsi menerima kebenaran” karena diskusinya dilihat oleh banyak orang (kami tidak ingin terjadi pada diri kami dan orang lain)

-Jangan sampai kita kaum musilimin, berpecah belah dan saling bermusuhan hanya karena masalah vaksin. Ulama saja berbeda pendapat tetapi tetap bersaudara

-mohon maaf, kepada yang tidak setuju dengan vaksin, kalian adalah saudara saya se-Islam, tidak ada niat saya yang tidak baik, jika saya ada salah kata saya mohon maaf


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/who-adalah-antek-yahudi-dan-barat-melalui-vaksin-konspirasi-kah.html